Perhitungan Rendemen Pabrik Gula Tebu

Rendemen (yield) atau perhitungan rendemen merupakan hal inti dari sistim pengawasan proses produksi di pabrik gula tebu karena rendemen (yield) yang diumumkan dari suatu pabrik gula pada umumnya dianggap sebagai cerminan dari kinerja secara umum (general performance) yang mewakili kinerja dari aspek on farm (kebun) maupun off farm (pabrik) pabrik gula tersebut.

Pada dasarnya, secara sederhana rendemen (yield) dapat dihitung dari jumlah berat produk yang dihasilkan dibagi dengan jumlah berat bahan baku yang di proses. Sehingga apabila dari setiap 100 ton tebu diproses di pabrik gula menghasilkan 10 ton gula produk maka rendemen pabrik gula tersebut adalah 10 %. Perhitungan rendemen dengan cara ini umumnya disebut dengan rendemen riil/nyata/efektif dari pabrik gula karena dihitung berdasarkan jumlah riil gula produk yang dihasilkan.  

Perhitungan rendemen (yield) dapat dilakukan berdasarkan potensi gula yang ada dalam tebu berdasarkan hasil analisa pol dan brix nira tebu. Dengan demikian potensi rendemen gula yang akan dihasilkan dari tebu yang diolah dapat diperkirakan lebih awal sebelum produk gula nya dikeluarkan dari proses produksi.

Terdapat 2 metode perhitungan rendemen (yield) pabrik gula berdasarkan data hasil analisa nira tebu maupun bahan olah selama dalam proses pabrikasi yaitu:

  1. Metode Jawa (Java Method) yang dikembangkan oleh Mr. Hommes.
  2. Metode Internasional yang dikembangkan oleh ISSCT (International Society of Sugar Cane Technologists).

Metode Jawa hanya ada di Indonesia khususnya pulau Jawa karena dikembangkan Mr. Hommes yang pernah menjadi Administratur (Manajer) Pabrik Gula Gondang yang terletak di Klaten waktu masih jaman penjajahan Belanda. Rumus perhitungan rendemen yang dia kembangkan merupakan rumus empiris berdasarkan kumpulan data produksi pabrik-pabrik gula yang ada di Jawa beberapa tahun waktu itu sehingga diperoleh rumusan perhitungan rendemen yang kemudian diadopsi seluruh pabrik gula di Jawa dalam sistim pengawasan produksi gula hingga saat ini sehingga dikenal sebagai pengawasan metode Jawa (Java Method).

Metode ISSCT dikembangkan oleh perkumpulan ahli teknologi gula di Dunia yang membuat rumusan perhitungan rendemen dan rumusan perhitungan lain-lain dalam pengawasan pabrikasi yang disepakati bersama para ahli teknologi gula dari seluruh Dunia dan pada umumnya digunakan pabrik gula di negara-negara produsen gula di seluruh Dunia.

Secara umum kedua metode tersebut dapat digunakan untuk menghitung rendemen dengan hasil yang bisa dikatakan sama (hanya selisih desimal 2 angka dibelakang koma) apabila perhitungan dari angka hasil analisa dilakukan dengan benar. Perbedaan utama dari kedua metode tersebut adalah dimana metode Jawa menghitung rendemen gula produk dengan berbasis kristal, sedangkan metode ISSCT menghitung rendemen gula produk dengan berbasis pol. Untuk lebih jelasnya perbedaan rumusan perhitungan rendemen dengan metode Jawa dan ISSCT dapat dilihat pada bagan berikut:

Untuk metode Jawa (Hommes), rumusan rendemen dapat juga ditulis sebagai berikut:

Dari kedua metode perhitungan rendemen tersebut diatas dapat kita lihat bahwa rumusan ISSCT lebih simple dibandingkan rumusan metode Jawa (Hommes) namun dapat menghasilkan hasil perhitungan yang sama namun diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang memadai.

Baik metode ISSCT maupun Jawa (Hommes), perhitungan rendemen merupakan perkalian antara potensi kandungan gula (sukrosa) dalam tebu dengan effisiensi pabrik. Hal ini menunjukkan bahwa hasil rendemen suatu pabrik gula merupakan fungsi dari faktor kualitas budidaya tanaman tebu (on farm) dan faktor effisiensi pabriknya sendiri (off farm).

Faktor kualitas budidaya tanaman tebu (on farm) antara lain mulai dari pemilihan varietas bibit tebu, penentuan jadwal tanam, perawatan, pemupukan, waktu pemanenan, lama proses tebang muat angkut hingga tebu sampai di emplasemen pabrik gula untuk antri di proses. Faktor effisiensi pabrik (off farm) merupakan gabungan effisiensi dari masing-masing stasiuns tahapan proses mulai dari pengaturan tebu di emplasemen, pengumpanan, preparasi, ekstraksi, pemurnian, penguapan, masakan, pendinginan dan sentrigufasi, pengeringan dan pendinginan hingga gula masuk karung dan kemudian disimpan di gudang sebelum dijual.


Diskusi topik ini dapat dilakukan disini: Facebook / Linkedin / Twitter / Tumblr

Share this article:
error: Alert: Content is protected !!